1. Polusi Udara: Linfen, China
Menurut
salah satu laporan Bank Dunia, 16 dari 20 kota yang memliki polusi
udara terburuk ditemukan di Cina dan Linfen merupakan kota yang memiliki
tingkat polusi udara tertinggi.
Kota
ini berada di Provinsi Shanxi, merupakan pusat industri batubara
nasional. Di sini, emisi dari kendaraan dan industri telah menciptakan
suasana di mana orang benar-benar akan tersedak oleh debu batubara.
Tingginya kadar polutan seperti debu, karbon monoksida, sulfur dioksida
dan arsen selalu mengancam tiga juta penduduknya.
Bahkan
klinik dokter disini melihat tingkat penderita kanker bronchitis,
pneumonia, kanker paru-paru, dan keracunan timbal pada anak-anak yang
tinggi merupakan hal yang umum.
2. Bahan Kimia Industri: Bhopal, India
Dalam
hal jumlah kematian, Bhopal merupakan wilayah dengan kecelakaan
industri terburuk. Pada Desember 1984, 40 ton gas isosianat bocor dari
sebuah pabrik pestisida dan menyebar ke seluruh kota yang berpenduduk
1,8 juta orang ini. Kecelakaan itu langsung menewaskan hampir 4.000
orang dan jumlah korban tewas meningkat menjadi 15.000 orang dalam
minggu-minggu berikutnya.
“Lebih
dari 26 tahun telah berlalu sejak bencana, namun ribuan di Bhopal terus
menderita dan meninggal akibat penyakit kronis, dan sebanyak 500.000
orang yang menderita sakit sebagai akibatnya,” kata Dr Mariann
Lloyd-Smith seorang penasihat senior Nasional Toxic Network, sebuah LSM
Australia yang berbasis di Bangalow NSW.
Pada
tahun 1989, Union Carbide (perusahaan AS yang bertanggung jawab)
menyetujui penyelesaian ganti rugi, namun sebagian besar korban tidak
mendapatkan ganti rugi yang cukup untuk menutupi biaya pengobatan.
Wilayah tersebut tidak pernah dibersihkan dan masih berisi kolam
penguapan dimana limbah beracun tersebut dibuang. Air tanah yang telah
terkontaminasi terus meracuni warga hingga hari ini. Banyak bayi di
masyarakat yang terkena dampak sehingga lahir dengan cacat bawaan dan
Cerebral Palsy dan penduduk yang meminum air tanah yang terkontaminasi
memiliki resiko penyakit kulit, saluran pernafasan dan pencernaan.
3. Merkuri: Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia
Konsentrasi
terbesar dari orang yang beresiko terkena polusi merkuri di Indonesia.
Di sini, di provinsi Kalimantan Tengah, merkuri umumnya digunakan untuk
mengekstrak emas dari bijih dengan skala kecil operasi pengolahan.
Menurut WWF, pertambangan emas rakyat di sini menghasilkan emisi 45 ton
merkuri ke lingkungan setiap tahunnya. Di seluruh dunia, itu menyumbang
lebih dari 900 ton emisi, sekitar 30 persen dari seluruh emisi merkuri.
Penambang
emas mencampurkan merkuri cair dengan lumpur atau bijih dari dasar
sungai yang mengandung bintik-bintik kecil emas. Emas dan merkuri
membentuk suatu campuran, yang kemudian akan dipanaskan untuk memisahkan
emas dan merkuri sehingga didapatkan emas murni. Namun hal ini sering
dilakukan di dalam rumah dan siapa pun di dekatnya beresiko mengirup
uapnya.
“Ada banyak kerusakan lingkungan, karena merkuri dapat
bereaksi di alam, dimana merkuri dapat berubah menjadi methylmercury,
yang lebih berbahaya bagi kesehatan manusia jika tertelan,” kata
Profesor Ian Rae, seorang ahli pencemaran lingkungan di university of
Melbourne.
PBB
saat ini sedang merundingkan perjanjian yang diharapkan akan mengarah
pada manajemen yang lebih baik dari merkuri, termasuk penggantian bahan
kimia dengan alternatif yang lebih aman, seperti boraks.
4. Pestisida: Kasargod, India
Endosulfan,
pestisida organik sekarang dilarang di banyak negara, telah bertanggung
jawab untuk keracunan di Afrika, India dan Amerika Latin, kata Dr
Lloyd-Smith dari National Toxic Network. Di Afrika Barat, ratusan petani
kapas telah meninggal akibat dari paparan, dan banyak lainnya akibat
dari memakan makanan yang terkontaminasi pestisida tersebut, katanya.
“Di Kasargod, Selatan India, 20 tahun penyemprotan
perkebunan kacang mete telah meninggalkan warisan penyakit, kematian dan
cacat. Banyak efek kongenital, reproduksi, dan neurologis jangka
panjang dan efek lainnya telah terjadi, termasuk cacat bawaan, ,
epilepsi, IQ rendah, keterlambatan perkembangan, dan kanker”.
Sebuah
survei yang dilakukan oleh Kasargod District Committee melaporkan
tingkat kecacatan 73 persen lebih tinggi dari rata-rata Negara Bagian
Kerala, dengan tingkat kecacatan lokomotor dan keterbelakangan mental
107 persen lebih tinggi.
“Pemerintah
Negara Bagian Kerala berusaha untuk memberikan pengobatan bagi mereka
yang terkena dampak dan telah terdaftar 2.000 korban. Kompensasi telah
dibayarkan kepada beberapa, termasuk kepada keluarga yang anggota
keluarganya termasuk dalam 135 korban yang telah meninggal,” kata
Lloyd-Smith. “Endosulfan dan metabolit beracunnya ditemukan di seluruh
dunia dalam ASI manusia dan darah tali pusar”.
Setelah fase keluar diumumkan pada tahun 2010, endosulfan dapat
secara legal digunakan dengan pendaftaran di Australia sampai 12 Oktober
2012.
5. Limbah Pabrik Senjata Kimia: Dzerzhinsk, Russia
Dzerzhinsk
memiliki status sebagai salah satu wilayah utama bekas Uni Soviet untuk
produksi senjata kimia dan tetap menjadi wilayah pabrik senjata kimia
yang signifikan. Tetapi sedikit dari industri senjata kimia itu yang
benar-benar diatur, dan menurut angka lebih dari 270.000 ton limbah
kimia dibuang sembarangan antara tahun 1930-1998.
Menurut
Blacksmith Institute: ”Di tempat tersebut, bahan kimia telah mengubah
air menjadi lumpur putih yang mengandung dioksin dan tinggi fenol (zat
kimia industri yang dapat menyebabkan keracunan akut dan kematian).
Tingkat pencemaran ini dilaporkan 17 juta kali lipat diatas batas kadar
aman “.
Pada
2007, angka harapan hidup rata-rata di kota tersebut sekitar 250.000
orang dan dilaporkan menjadi 42 untuk pria dan 47 untuk wanita.
6. Kimia Organik: Sumgayit, Azerbaijan
Sumgayit
merupakan salah satu pusat industri Soviet dengan lebih dari 40 pabrik
yang memproduksi bahan kimia industri dan pertanian. Dalam masa kejayaan
pabrik-pabrik tersebut (yang memproduksi mulai dari deterjen dan
pestisida hingga klorin dan aluminium), menghasilkan limbah 64.000
hingga 109.000 ton emisi berbahaya ke udara setiap tahun.
Saat
itu kota ini merupakan salah satu kota dengan tingkat morbiditas
tertinggi di Azerbaijan. Tingkat insiden kanker saat ini dari 22 persen
menjadi 51 persen lebih tinggi dari rata-rata nasional, sementara
tingkat kematian akibat kanker delapan persen lebih tinggi.
7. Timbal: Tianying, China
Di
seluruh dunia, diperkirakan 19 juta orang beresiko terkena efek timbal
dari peleburan bijih atau dari daur ulang besi tua. Tianying, Kota di
Provinsi Anhui adalah salah satu pusat industri pertambangan dan
pengolahan timbal negara, dan menyumbang sekitar setengah dari produksi
timbal di Cina.
Penambangan
skala kecil terkenal karena tidak patuh pada peraturan, sehingga telah
menghasilkan konsentrasi timbal di udara dan tanah menjadi 8,5 dan 10
kali lebih tinggi dari standar kesehatan nasional.
140.000 orang beresiko kesehatannya, dan banyak warga yang dilaporkan keracunan timbal, yang mengakibatkan E
ncephalopathy Lead,
IQ rendah, sulit berkonsentrasi, kesulitan belajar, hiperaktif,
gangguan pertumbuhan fisik, masalah pada pendengaran dan visual, sakit
perut, iritasi usus, kerusakan ginjal, dan kerusakan otak.
8. Heksavalen Kromium: Sukinda, India
Heksavalen
Kromium (Kromium VI), merupakan salah satu dari dua bentuk logam
bersifat karsinogen yang dapat menyebabkan atau meningkatkan kemungkinan
mengembangkan beberapa jenis kanker. Sukinda, di negara bagian Orissa,
memiliki 97 persen dari cadangan bijih kromium di India (salah satunya
sumber kromium) dan juga salah satu tambang kromium terbuka terbesar di
dunia.
Pada
2007, 12 tambang terus beroperasi tanpa rencana pengelolaan lingkungan,
sehingga menyebarkan batuan limbah di daerah sekitarnya dan air yang
terkontaminasi mengalir ke dalam sungai. Pekerja tambang yang biasa
terkena debu Kromium IV dan air yang terkontaminasi menderita perdarahan
gastrointestinal, TBC, asma, infertilitas, dan cacat lahir.
Dalam
beberapa kasus, terdeteksi bahwa kadar Kromium IV dalam air minum di
wilayah tersebut telah terpapar sebanyak dua puluh kali standar
internasional untuk Kromium IV. Orissa Voluntary Health Association
melaporkan bahwa sekitar 85 persen kematian di daerah pertambangan dan
industri desa di dekatnya memiliki kaitan dengan daerah penambangan
kromium.
9. Radiasi: Chernobyl, Ukraine
Dalam
hal skala polusi dan jumlah orang yang terkena dampak, krisis reaktor
nuklir Chernobyl 1986 benar-benar mengejutkan. Pada bulan April tahun
itu, pengujian di reaktor menyebabkan bencana.
“Tiga puluh orang tewas langsung, 135.000 orang harus
dievakuasi dan beberapa perkiraan menunjukkan bahwa hingga 5,5 juta
orang di seluruh Eropa utara mungkin telah menderita sakit akibat
kecelakaan tersebut, meskipun beberapa efek kesehatan telah terbukti
secara definitif”, kata Profesor Rae dari University of Melbourne .
Hingga hari ini, jarak 30 kilometer sekitar kota tetap berbahaya karena mengandung radioaktif dan tidak dihuni
10. Persistent organic pollutants (POPs): Arctic Canada
POPs
adalah bahan kimia organik yang bereaksi sangat lambat di lingkungan,
seperti heksaklorobenzena atau DDT. Senyawa ini sering digunakan dalam
produk industri, produk sampingan atau pestisida.
Senyawa
ini terakumulasi dalam lingkungan Kutub Utara dan pada hewan yang
berada disana dan terkonsentrasi di paus dan anjing laut dan makanan
tradisional yang dimakan Inuit (masyarakat Kutub Utara Kanada). Air susu
dan darah masyarakat Kutub Utara Kanada terkontaminasi POPs dan bahan
kimia lainnya.
Satu
bahan kimia karsinogenik yang digunakan dalam produksi perawatan noda,
asam perfluorooctanoic (PFOA) kadarnya mencapai dua kali lipat di
lingkungan Kutub Utara setiap lima tahun. Orang-orang Arktik berjuang
untuk kelangsungan hidup mereka melawan salah satu hotspot terburuk
daerah yang terkontaminasi. Burung dan hewan Arktik lainnya juga berada
di bawah ancaman.
Sumber: http://www.abc.net.au/environment/articles/2012/07/23/3549975.htm